Spring break akan segera berlalu soon! Sebelum kembali bergulat dengan one deadline to another, let’s flashing back to Jordan.
Satu hal yang yang ingin saya rekomendasikan bagi solo traveller adalah bergabung dalam open trip is not bad after all. Terutama kalau ini perjalanan di negara middle east yang menawarkan atraksi tentang sejarah, adanya pemandu yang menerangkan tentang asal-muasal berdirinya negeri sampai sejarah para Nabi. (errr..tapi saya gak bakal bahas sejarahnya disini 😛 baca sendiri di wiki yah! hehehhe)
My Highlights
- Petra:
Pasti daya tarik turis untuk berkunjung ke Jordan adalah salah satunya Petra. Bangunan yang dipahat pada batu raksasa. Terkubur ribuan tahun silam dan ditemukan kembali sebagai bukti kejayaan dan kehidupan masa lampau. Menelusuri cara berpikir, filosofi, dan teknologi yang telah ada pada jaman yang terbayang pun tidak kecuali lewat cerita-cerita komik yang dulu kerap saya baca -ini kalo saya loh yaaa-
Untuk masuk ke Petra, tiket masuknya cukup mahal. Untuk kunjungan 1 hari, dikenakan biaya 50 JOD atau sekitar 950K IDR. Naah maka itu dengan membeli Jordan Pass sangat mengurangi beban kantong. Dan beruntung Indonesia termasuk negara yang bisa menggunakan Jordan Pass karena tidak perlu membuat visa sebelum berangkat. Dengan menunjukkan Jordan Pass di custom bandara, kita bisa langsung ngeluyur dan tentu saja menunjukkan alamat yang akan kita tuju di Amman.
Ok..Petra.. 🙂 begitu memasuki wilayah ini, kita sudah disuguhi dengan banyaknya tomb, semacam gua dari batu yang digunakan untuk mengubur, biasanya berisi satu keluarga. Berdasarkan kompleksitas bagian hiasan atau ukiran menunjukkan keluarga tersebut kaya karena berarti dia membayar seniman untuk memahat ukiran pada tomb tersebut. Semakin masuk ke dalam mulai dengan batu-batu besar yang beberapa terdapat tulisan transkrip dan potongan-potongan relief, juga tampak bekas teknologi pengairan yag digunakan. Tempat-tempat yang menunjukkan tempat persembahan pada berbagai dewa. Bahkan ada tempat untuk menikahkan pasangan.
Jalan menuju ke dalam kita harus waspada. Saat itu adalah hari bagi sekolah para anak perempuan melakukan filed trip, jadi setiap kali berpapasan dengan gerombolan anak-anak yang kira-kira 30-40an anak dengan 1 guru, kebayang dong riweuhnya! Mereka berlomba menyapa kami, well… lebih tepatnya para teman grup yang selain saya semua berkulit putih dengan rambut blonde dan good looking 😛 beberapa bahkan nekat minta foto bersama hehehe.. Selain itu juga adanya kereta-kereta kuda yang membawa turis-turis yang gak kuat jalan sangat mengganggu karena mereka jalan cukup kencang sementara ada beberapa tempat yang jalanannya menyempit. Yaaa kami harus merapat ke batu kalau mau selamat dan agak terbebas dari bau éék kuda yang ditebar ketika melewati kami! 😛
Selama 2.5 jam kami bersama pemandu tur yang dengan sangat informatif meneerangkan seluk beluk bentuk pahatan dan artinya, kapan, mengapa, dimana, yang nempel di kepala kira-kira 5-10 menit hehehe… Saya terlalu sibuk takjub dengan benda-benda raksasa di depan saya dan membayangkan kehidupan seperti apa pada masa itu… ITU! What was it like living in that age? Sampai diperbatasan tugas pemandu selesai. Kami diberi pilihan antara melihat Monetary atau Treasury (nama istilah untuk jenis Petra). Kami berpisah dua kelompok. Saya memilih ke Monetary karena trekking berdasarkan peta itu yang lebih pendek, berhubung saya kurang tidur semalam akibat meminum kopi saat makan malam –bad choice– saya merasa kurang fit untuk menambah 2 jam trekking. Kita harus sudah menyelesaikan trekking dan keluar dari area Petra pada jam 5 sore karena area akan ditutup. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 2:30. Kami pun bergegas.
Meskipun kami menjadi dua kelompok, tapi saya terpisah karena saya lebih memilih santai sambil mengambil gambar sepanjang perjalanan naik ke Monetary -sambil mengatur napas juga siiih.. jarak tempuh sekitar 9km tapi karena tanjakan dengan elevasi yang cukup curam dan udara dingin saya kewalahan juga. Hidung rasa tertusuk karena dingin, dan hasilnya mimisan dan tangan membiru -ngasooo… 😛 Oh yaa, yang agak annoying adalah mereka menyewakan keledai untuk membawa turis naik/turun tapiiiii menggunakan trek yang sama dengan kami. Alhasil kalau pas papasan, saya buru-buru merapat atau melipir cari pijakan lain. Bukan kenapa-kenapanya, selain rada takut hehehe…kesian liat mata mereka sedih gitu mukanya -beneran! 😦
Menurut saya pemandangan menuju naik ke Monetary jauuuh lebih blow my mind than the monetary itself!
- The Dead Sea
Site ini termasuk yang saya tunggu-tunggu karena saya pengen ngapung! Dan maskeran lumpur seluruh badan 😛 😀
Nah supaya gak nyesel kayak saya… sebelum pergi inget-inget bawa sepatu yang bisa dpake di air or at least sandals. Kenapa? Karena di pantainya sudah terbentuk kristal garam yang tajam! Meskipun saya wanita berhati kuat, tetep aja telapak kaki gak sekuat hati saya 😛 hehehe… Kalau inget-inget, beruntuuuung saya gak sampe limbung and jatuh, gak kebayang kalau sampai lecet dan kena air laut sana! Sadis perihnya!!
Air laut pada umumnya mengandung garam sekitar 3.5% sementara air laut mati mengandung garam 32%! The Dead Sea berada di titik terendah di permukaan bumi (400m di bawah permukaan bumi). Jangankan air masuk ke mata, begitu muka saya kena air, evaporasinya bikin perih mata. Dan saya panik! SAKIT! Dan malah kecipratan tambah banyak…:P dan tambah panik karena nginjak ke bawah tajam.. OH nooo! “Heeey are you sinking, Rie? Haahahahha!” Yaaah…dia kira kita becandaaaa!! Tolongin wooy!
Anyway… biasa masuk ke Laut Mati 15 JOD termasuk makan siang, Heaven! Saya suka menu makan siang disana! 🙂 Oh ya.. dan biaya ini sudah termasuk di Jordan Pass, so saya tinggal senyum aja.. 😉 untuk masker lumpur kita perlu tambahan 3 JOD dan kita bisa maskeran suka-suka kita! Lumpur ditempatkan di guci besar di pinggiran pantai, lalu kami rame-rame saling bantu maskerin bagian belakang. Saya…muka pun saya maskerin! Gak mau rugi hehehhe.. daripada muka putih-putih garam semua? Iyaa.. begitu kita keluar dari air, puas ngapung-ngapung dan berperih-perih.. badan dan muka kita langsung berkristal, semacam film vampire ganteng ituuh 😛 hahaha
I had a great time here!
Sebelum kembali ke Amman, kami singgah ke outlet yang menjual produk-produk dari laut mati dan kerajinan khas Jordan, tempat oleh-oleh lah kalau di Indonesia. Tapi yaaa gitu, very pricey! :p - Wadi Rum
Jeep Safari…!! Disini tempatnya! Melewati padang sahara dengan batu-batuan dan gunung raksasa di kanan-kiri… Semacam Grand Canyon di Amerika kata teman-teman saya. Yaa saya masih kategori rookie dibanding hasil jelajah mereka-mereka ini. Satu pasangan sudah hampir setahun traveling, satu pasangan lainnya yang sudah senior bahkan sudah hampir 3 tahun traveling, iyaaa 3 tahun! Saya…? Saya cari pasangan dulu yang mau diajak traveling and stranded… 🙂 😛
Di Wadi Rum kami menginap di tenda-tenda yang sudah jadi. Bentuk tenda kami seperti tempat tinggal para penduduk lokal Wadi Rum.
Guess what?! Disini kami mendapatkan jaringan internet! Kami sampai di area camping menjelang Maghrib. Bersih-bersih sepatu yang berpasir, juga muka dan rambut kami yang berpasir karena angin sangat kencang saat mendaki beberapa bukit, segera dibasuh di tenda masing-masing. Iyaaa…di dalam tenda ada kamar mandinyaaaa… 🙂 Camping ala ala memang hehehehe…
Sebelum makan malam kami ditunjukkan cara memasak traditional suku mereka, yaitu makanan dimasukkkan dalam panci lalu dikubur di lubang yang sudah disediakan, lalu membakar bagian atasnya. Kalau di Indonesia seperti cara suku Papua memasak, hanya kalau di Papua, bukan dikubur tapi di timbun dengan batu lalu rumput dan kayu, lalu bakar. 🙂 It was beauiful dishes!! Sweet lamb and vegetables. Of course with Hummus! 🙂
Selepas makan malam kami duduk-duduk dekat perapian. Tiba-tiba di tengah altar dua laki-laki mengambil posisi sejajar dan musik bergema… Oh My…They’re starting to dance! Folks dance!Dan kami, kelompok kami semua ikut berdansa mengikuti gerak kaki, tangan..berputar, berteriak… Laughing!!! Down Jacket yang saya kenakan pun saya buka karena malam dingin menjadi hangat. 🙂
On the Jeep Safari
Taking out our dinner from the hole under the ground
Penampakan di dalam tenda
Penampakan luar tenda - The Food
Makluba: Perkenalan dengan menu ini adalah ketika saya memilih untuk mengkuti acara makan malam dengan keluarga lokal di Petra. Costed me 15 JOD to have this attraction. Cara memasak yang unik dengan bumbu rempah, disajikan dalam nampan besar kami duduk di lantai bersama menikmati. Hmmph… Yumm!! Semacam nasi kuning dengan terong, kentang dan ayam dimasak bersamaan.
Mansaff: Menu ini kami santap di restoran Jerusalem tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Nasi kuning gurih disajikan dengan pilihan lamb or chicken, saya memilih dengan lamb, dan dimakan dengan yoghurt lebih cair dari yoghurt kebanyakan. Agak aneh yaa…tapi..ENAK! 🙂 Saya suka!
Falafel dan Hummus: dua nama ini sejoli. Biasanya kami makan untuk sarapan dengan roti. Saya sudah mengenal makanan ini di Saudi karena cukup terkenal dan lazim. But still… I like it! 🙂
- The History of Humankind
Menyusur peradaban masa lampau sejarah perkembangan manusia sangat menarik! Jangan tanya saya tentang detail tahun dan nama-nama :p It’s iin the air and hard to catch hahahha… my brain can’t cope with overwhelming information. Tapi..ketika koneksi terkait dengan latarbelakang prior knowledge kita, menjadi make sense. Semisal ketika pemandu bercerita tentang sejarah Suni dan Syi’ah. Saya pernah baca tentang ini, jadi pada saat mengikuuti ‘pelajaran’ pemandu saya rajin mendengarkan. Dan ketika sejarah Ottoman dan masa-masa lainnya tiba-tiba mata rasanya beraaaat banget hahaha… Lesson learnt, find bit of the background history before you go visit a historical place. hehehe… Still interesting to know but it was overwhelming.. 😛